Hidayatullah.com--Massa
yang mengatasnamakan jamaah Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia (LDII)
menyerang pengajian mahasiswa di masjid kampus Universitas Ibnu Khaldun
(UIKA), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/06/2013).
Kontributor hidayatullah.com
yang berada di lokasi kejadian melaporkan, massa LDII berteriak-teriak
dan mengatakan kajian yang digelar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah itu
sebagai provokasi.
"Kami warga LDII, kami gak suka dengan acara provokasi seperti ini," demikian salah satu teriakan massa.
Massa LDII juga menganiaya 2 orang panitia, seorang dosen, dan seorang satpam.
Menurut pantauan kontributor hidayatullah.com, puluhan massa LDII telah memenuhi Masjid Al Hijri UIKA sejak pukul 07:30 sebelum acara dimulai pada 08:00.
Massa
keberatan dengan tema kajian yang membahas LDII sebagai kelanjutan dari
aliran Islam Jamaah/Lemkari yang resmi dilarang Kejaksaan RI sejak
tahun 1970-an.
Pemateri kajian tersebut, Adam Amrullah berhasil
diamankan panitia dan satpam kampus dari amukan massa. Aparat kepolisian
dari Polres Kota Bogor sudah berjaga-jaga di tempat kejadian.
Adam sendiri adalah mantan Ketua Pemuda LDII Jakarta Timur yang menyatakan keluar dari organisasi tersebut pada 2008.
Kata
Adam yang ditemui di usai serangan mengatakan, ketika dia menampilkan
pernyataan Ketua Umum DPP LDII Abdullah Syam pada 2011. Kata Abdullah di
depan jamaahnya mengaku masih berfaham Islam Jamaah, masih berimam dan
berbai'at dengan imam Nurhasan, kemudian dilanjutkan dengan
Abdudhdhohiir bin Nurhasan, dan sekarang Sulthon Aulia bin Nurhasan.
Pusat Pemantauan Lembaga Dakwah Islam Indonesia
Jumat, 21 Juni 2013
Iskandar Kerahkan 700 Massa LDII ke Masjid Al-Hijri
Jakarta
(SI Online) - Ketua Pengurus Cabang LDII Tanah Sereal Bogor, Iskandar,
mengancam panitia akan mengerahkan 700 massanya untuk menghadiri acara
pengajian tentang paradigma baru LDII di Masjid al-Hijri Kampus UIKA.
Kalimat itu keluar dari mulut Iskandar setelah mendengar pengakuan
panitia bahwa keamanan acara telah dipersiapkan. Keterangan ini
terungkap dalam press rilis dari LDII yang diterima SI Online, Selasa (18/6/2013) lalu.
Iskandar mengaku pihaknya mengetahui acara tersebut pada hari Jumat (14/6) siang, atau sehari sebelum acara. Informasi pengajian itu ia ketahui dari pamflet yang disebar panitia.
Lalu, pada Jumat malam, bersama sejumlah rekannya, Iskandar mendatangi panitia di Masjid Al-Hijri UIKA. Tetapi mereka tak menemukan panitia. Lalu, Iskandar menghubungi seorang panitia bernama Ahmad melalui kontak person yang ada dalam pamflet.
“Dari pembicaraan via telepon, kami sampaikan bahwa dikarenakan tema acara yang akan diusung besok sangatlah provokatif, justifikatif dan mendeskreditkan LDII maka kami khawatir akan ada gejolak besar dari warga LDII sehingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ahmad mengatakan bahwa semuanya sudah kita persiapkan,” terang Iskandar.
Belakangan, dalam siaran pers itu diungkap bahwa ancaman pengerahan massa 700 orang itu dikatakan Iskandar hanya gertakan saja. “Bagaimana mungkin saya di tingkat PC bisa mengumpulkan massa sebanyak itu dalam waktu singkat,” kata Iskandar.
Iskandar membantah bila ada penyerangan dalam insiden tersebut. "Aksi saling dorong memang iya, tapi tidak ada pemukulan, atau perusakan. Yang terjadi saat ustad Muhajir (salah satu penanggung jawab acara, red) naik ke mimbar, papan yang jadi alas mimbar tidak kuat menahan beban, mimbar sempat miring dan pegangannya terlepas, lalu Alquran yang ada di rak mimbar terjatuh dan tidak sengaja terinjak oleh beliau," bantah Iskandar seraya menunjukkan video rekaman kejadian melalui ponselnya.
Pengakuan Iskandar ini berbeda dengan keterangan yang disampaikan Ketua DKM Nurul Iman Masjid LDII Kota Bogor, Guntur Fredy. Kepada wartawan Suara Islam Online dan Hidayatullah yang menemuinya, Senin (17/6/2013) lalu, ia terus terang mengatakan tindakan penyerangan itu atas perintah Iskandar.
"Dari sebelum acara kita sudah mendapatkan selebaran acara. Itu acara untuk umum makanya kita datangi. Salah satu jamaah kita ada yang interupsi untuk tidak membahas masalah ini," kata Guntur di Kantor LDII Kota Bogor, Komplek Budi Agung, Bogor, Senin (17/6/2013).
Guntur bercerita, pembubaran acara memang diperintahkan tanpa harus menunggu ada sesi dialog. "Gak usah ngomong-ngomong, yang jelas kalau membahas tentang LDII sudah langsung distop aja. Dia sudah tidak bisa diperingatkan", ujar Guntur.
Ketika Suara Islam Online menanyakan sebenarnya apa bisa ditunggu sampai selesai acara, Guntur menjawab sebenarnya bisa. Tetapi semua bergantung pimpinannya (Iskandar, red). "Ya sebetulnya sih bisa-bisa saja, tapi kan kita tergantung pimpinan. Sudahlah jangan terlalu lama bicara tentang itu," ungkapnya.
Ketika ditanyakan dihentikan itu maksudnya dengan segala cara termasuk dengan kekerasan? Guntur menjawab pokoknya harus dihentikan. "Ya pokoknya kita hentikan, jangan membahas masalah itu. Kalau mau silahkan datang ke sini jelaskan apa maunya", bebernya.
Iskandar mengaku pihaknya mengetahui acara tersebut pada hari Jumat (14/6) siang, atau sehari sebelum acara. Informasi pengajian itu ia ketahui dari pamflet yang disebar panitia.
Lalu, pada Jumat malam, bersama sejumlah rekannya, Iskandar mendatangi panitia di Masjid Al-Hijri UIKA. Tetapi mereka tak menemukan panitia. Lalu, Iskandar menghubungi seorang panitia bernama Ahmad melalui kontak person yang ada dalam pamflet.
“Dari pembicaraan via telepon, kami sampaikan bahwa dikarenakan tema acara yang akan diusung besok sangatlah provokatif, justifikatif dan mendeskreditkan LDII maka kami khawatir akan ada gejolak besar dari warga LDII sehingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ahmad mengatakan bahwa semuanya sudah kita persiapkan,” terang Iskandar.
Belakangan, dalam siaran pers itu diungkap bahwa ancaman pengerahan massa 700 orang itu dikatakan Iskandar hanya gertakan saja. “Bagaimana mungkin saya di tingkat PC bisa mengumpulkan massa sebanyak itu dalam waktu singkat,” kata Iskandar.
Iskandar membantah bila ada penyerangan dalam insiden tersebut. "Aksi saling dorong memang iya, tapi tidak ada pemukulan, atau perusakan. Yang terjadi saat ustad Muhajir (salah satu penanggung jawab acara, red) naik ke mimbar, papan yang jadi alas mimbar tidak kuat menahan beban, mimbar sempat miring dan pegangannya terlepas, lalu Alquran yang ada di rak mimbar terjatuh dan tidak sengaja terinjak oleh beliau," bantah Iskandar seraya menunjukkan video rekaman kejadian melalui ponselnya.
Pengakuan Iskandar ini berbeda dengan keterangan yang disampaikan Ketua DKM Nurul Iman Masjid LDII Kota Bogor, Guntur Fredy. Kepada wartawan Suara Islam Online dan Hidayatullah yang menemuinya, Senin (17/6/2013) lalu, ia terus terang mengatakan tindakan penyerangan itu atas perintah Iskandar.
"Dari sebelum acara kita sudah mendapatkan selebaran acara. Itu acara untuk umum makanya kita datangi. Salah satu jamaah kita ada yang interupsi untuk tidak membahas masalah ini," kata Guntur di Kantor LDII Kota Bogor, Komplek Budi Agung, Bogor, Senin (17/6/2013).
Guntur bercerita, pembubaran acara memang diperintahkan tanpa harus menunggu ada sesi dialog. "Gak usah ngomong-ngomong, yang jelas kalau membahas tentang LDII sudah langsung distop aja. Dia sudah tidak bisa diperingatkan", ujar Guntur.
Ketika Suara Islam Online menanyakan sebenarnya apa bisa ditunggu sampai selesai acara, Guntur menjawab sebenarnya bisa. Tetapi semua bergantung pimpinannya (Iskandar, red). "Ya sebetulnya sih bisa-bisa saja, tapi kan kita tergantung pimpinan. Sudahlah jangan terlalu lama bicara tentang itu," ungkapnya.
Ketika ditanyakan dihentikan itu maksudnya dengan segala cara termasuk dengan kekerasan? Guntur menjawab pokoknya harus dihentikan. "Ya pokoknya kita hentikan, jangan membahas masalah itu. Kalau mau silahkan datang ke sini jelaskan apa maunya", bebernya.
Kasus LDII Menyerang Pengajian IMM di Masjid Al-Hijri UIKA
Diberitakan,
serangan ormas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) terhadap pengajian
mahasiswa di masjid al-Hijri Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) telah
direncanakan. Hal itu diakui oleh pihak LDII yang hidayatullah.com temui
di Bogor, Senin (17/06/2013).
Guntur Freddy, Ketua DKM Masjid Nurul Iman, komplek DPD LDII Kota Bogor mengatakan, serangan terhadap seminar itu sudah diinstruksikan oleh Ketua PC LDII Tanah Sereal, Iskandar. (hidayatullah.com, Senin, 17 Juni 2013)
Guntur Freddy, Ketua DKM Masjid Nurul Iman, komplek DPD LDII Kota Bogor mengatakan, serangan terhadap seminar itu sudah diinstruksikan oleh Ketua PC LDII Tanah Sereal, Iskandar. (hidayatullah.com, Senin, 17 Juni 2013)
Kasus aliran sesat LDII mengamuk di Masjid UIKA itu telah resmi dilaporkan ke poilisi.
Pihak yang melaporkan LDII ke Polresta Bogor adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) UIKA dan IMM Jabar, atas penganiyaan 5 anggota mereka; dan pihak DKM Masjid al-Hijri UIKA atas perusakan masjid.
"Kita loporkan LDII ke polisi karena tindak penganiayaan, pengeroyokan dan perusakan fasilitas umum, serta penodaan agama," kata Ketua Forum Komunikasi Umat Islam (FORKAMI) Bogor, yang mendampingi mahasiswa korban serangan LDII ke Polresta Bogor, Senin, (17/06/2013).
Perlu diketahui, penyerangan LDII terhadap pengajian di Masjid-masjid selama ini telah berkali-kali di berbagai daerah. Saya (Hartono Ahmad Jaiz) telah berkali-kali diserang ketika sedang memberikan materi pengajian di beberapa Masjid. Di antaranya di Masjid IPB Dermaga Bogor, di Masjid Pertamina Prabumulih Sumatera Selatan saat itu dengan Pak Amin Djamaluddin, mereka melempari kami dengan air gelasan dan mengenai pejabat yang duduk di sampaing saya, mereka merebut mick pengeras suara lalu berteriak-teriak hingga sangat gaduh maka pengajian batal.
Juga di satu Masjid di Ciracas Jakarta Timur, massa LDII berteriak-teriak, gaduh, lalu merangsek dan mengejar saya untuk dipukuli, Alhamdulillah tidak kena, tetapi kemudian beberapa panitia diinjak-injak dan dipukuli, hingga Irfan seorang panitia pipinya bengeb dan menghitam sampai berhari-hari.
Di Masjid Agung Karanganyar (timur Solo) Jawa Tengah, massa LDII yang jumlahnya ribuan mengepung masjid lalu ternyata memukuli 7 panitia yang mendampingi saya, yakni remaja masjid. Bahkan ketika saya masuk ke mobil polisi untuk agar aman untuk dievakuasi pun mobil itu masih dilempari. Dan insiden-insiden lainnya.
Orang LDII yang berdatangan di pengajian dalam masjid untuk berbuat kekacauan itu biasanya berteriak-teriak sangat gaduh, agar pengajian bubar. Lalu mereka tanpa sama sekali menghormati masjid, mengamuk dengan semaunya. Seperti ketika di masjid IPB Bogor, berkas-berkas catatan saya pun diacak-acak, gelas-gelas berjatuhan hingga ada bercak-bercak darah bekas insiden itu.
LDII mengaku muslim bahkan semboyannya QHJ (Quran Hadits Jamaah), namun sama sekali tidak menghormati Masjid rumah Allah, tidak menghormati ayat-ayat al-Qur’an yang ada di catatan-catatan pembicara hingga diperlakukan semaunya, bahkan ketika ayat-ayat Al-Qur’an dibacakan untuk agar mereka diam dari kegaduhan pun mereka tak mau diam. Mereka mengamuk di masjid. Padahal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang gaduh di masjid, bahkan melarang baca Qur’an keras-keras ketika di masjid itu ada yang shalat. Karena akan mengganggu. Lha ini malah teriak-teriak, mengamuk di masjid. Bahkan kasus terakhir di Masjid UIKA dikhabarkan merusak masjid . Dan itu direncanakan serta diperintahkan, menurut pengakuan tersebut di atas, diinstruksikan oleh Ketua PC LDII Tanah Sereal, Iskandar.
Coba kita bandingkan, ketika Umar -radhiyallahu anhu- melihat ada dua orang yang ribut di dalam Masjid Nabawi, maka beliau memarahi mereka.
As-Saa’ib bin Yazid -rahimahullah- menceritakan bahwa Umar bin Khoththob memerintahkannya untuk mendatangkan dua orang yang ada di masjid. Umar berkata kepada keduanya, “Siapa kalian, dan kalian berdua dari mana?” Keduanya menjawab, “Dari Tho’if”. Kemudian beliau berkata,
لَوْ كُنْتُمَا مِنْ أَهْلِ الْبَلَدِ لَأَوْجَعْتُكُمَا تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُمَا فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Andaikan engkau berdua termasuk penduduk Madinah, maka aku akan menginjak kalian. Engkau berdua telah mengangkat suara di Masjid Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (no. 470)]
Kemarahan Umar itu karena mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melarang orang-orang yang baca Qurannya keras-keras di masjid karena mengganggu yang lain sedang shalat.
Al-Bayadhiy -radhiyallahu anhu- berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى النَّاسِ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَقَدْ عَلَتْ أَصْوَاتُهُمْ بِالْقِرَاءَةِ فَقَالَ إِنَّ الْمُصَلِّي يُنَاجِي رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَلْيَنْظُرْ مَا يُنَاجِيهِ وَلَا يَجْهَرْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ بِالْقُرْآنِ
“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah keluar menemui manusia, sedang mereka melaksanakan sholat, dan sungguh suara mereka tinggi dalam membaca Al-Qur’an. Lantaran itu, beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang sholat sedang bermunajat dengan Robb-nya -Azza wa Jalla-. Karenanya, perhatikanlah sesuatu yang ia munajatkan, dan janganlah sebagian orang diantara kalian mengeraskan suaranya atas yang lain dalam membaca Al-Qur’an”. [HR. Malik, dan Ahmad. Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 856)]
Ketika Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- merapatkan dan meluruskan shaff, maka beliau mengingatkan kepada para sahabat agar ketika mulai mengatur shaff masing-masing, janganlah berbuat gaduh dan ribut, seperti kondisi pasar!! Tapi setiap orang tenang dan tidak ribut sehingga khusyu’ dan ketenangan bisa tercipta dari awal hingga akhir sholat. Beliau bersabda,
وَإِيَّاكُمْ وَهَيْشَاتِ الْأَسْوَاقِ
“Waspadalah kalian dari kegaduhan (seperti yang terjadi) di pasar”. [HR. Muslim (no. 973)]
Gaduh yang dimaksud adalah mengangkat suara, hiruk-pikuk, pertengkaran, canda, dan perbuatan yang sia-sia. [Lihat Syarh Shohih Muslim (4/376)] (lihat Buletin Jum’at At-Tauhid, almakassari.com/ribut-di-masjid).
Menyadari perbuatan gaduh bahkan mengamuk di masjid yang jelas-jelas sangat bertentangan dengan kemuliaan Masjid, dan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta khulafaaur rasyidin radhiyallahu ‘anhum, ternyata sebagian orang-orang yang ketika masih di LDII mengeroyok saya kemudian akhirnya meminta maaf. Ada yang datang langsung ke rumah, dan ada yang lewat telepon. Di antaranya (saya lupa namanya) menelepon saya dari Bogor. Dia minta maaf karena dulu telah menjadi korlap (kordinator lapangan) dalam mengeroyok saya di Masjid IPB Bogor. Dan dia mengaku telah keluar dari LDII.
Juga Pak Budiono yang minta maaf dengan datang ke rumah, setelah dia menyadari kesesatan LDII dan keluar dari LDII, menyesali pula perbuatannya dulu ketika masih di LDII ia membentak-bentak saya di depan umum dengan menggebrak-gebrak meja di Masjid lingkungan Bandara Cengkareng. Bahkan Pak Mauluddin seorang yang ketika jadi wakil empat Amir LDII mengaku memberi pengarahan untuk mencekal saya ketika hadir di suatu kota untuk memberi materi pengajian, kemudian setelah beliau keluar dari LDII lalu datang ke rumah minta maaf atas kesalahannya yang lalu yaitu mengomandoi penghalangan dakwah saya.
Dengan kenyataan seperti itu maka hendaknya mereka yang ternyata terjerumus telah berbuat yang sama sekali tidak menghornmati Rumah Allah itu bertaubat dan meninggalkan ajaran yang bertentangan dengan keindahan Islam itu.
Di samping itu, Alhamdulillah dengan peristiwa mengamuknya massa LDII di masjid Al-Hijri UIKA itu kini semakin membuat kefahaman Umat Islam bahwa mereka memang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah yang menghormati masjid. Oleh karena itu tindakan mereka ini tidak dapat ditolerir dan harus diproses dengan hukum.
Siapakah yang rela Masjid Rumah Allah dijadikan sasaran perbuatan onar yang sama sekali tidak menghargai kesuciannya?
Jakarta, 10 Sya’ban 1434H/ 19 Juni 2013
Hartono Ahmad Jaiz
Pihak yang melaporkan LDII ke Polresta Bogor adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) UIKA dan IMM Jabar, atas penganiyaan 5 anggota mereka; dan pihak DKM Masjid al-Hijri UIKA atas perusakan masjid.
"Kita loporkan LDII ke polisi karena tindak penganiayaan, pengeroyokan dan perusakan fasilitas umum, serta penodaan agama," kata Ketua Forum Komunikasi Umat Islam (FORKAMI) Bogor, yang mendampingi mahasiswa korban serangan LDII ke Polresta Bogor, Senin, (17/06/2013).
Perlu diketahui, penyerangan LDII terhadap pengajian di Masjid-masjid selama ini telah berkali-kali di berbagai daerah. Saya (Hartono Ahmad Jaiz) telah berkali-kali diserang ketika sedang memberikan materi pengajian di beberapa Masjid. Di antaranya di Masjid IPB Dermaga Bogor, di Masjid Pertamina Prabumulih Sumatera Selatan saat itu dengan Pak Amin Djamaluddin, mereka melempari kami dengan air gelasan dan mengenai pejabat yang duduk di sampaing saya, mereka merebut mick pengeras suara lalu berteriak-teriak hingga sangat gaduh maka pengajian batal.
Juga di satu Masjid di Ciracas Jakarta Timur, massa LDII berteriak-teriak, gaduh, lalu merangsek dan mengejar saya untuk dipukuli, Alhamdulillah tidak kena, tetapi kemudian beberapa panitia diinjak-injak dan dipukuli, hingga Irfan seorang panitia pipinya bengeb dan menghitam sampai berhari-hari.
Di Masjid Agung Karanganyar (timur Solo) Jawa Tengah, massa LDII yang jumlahnya ribuan mengepung masjid lalu ternyata memukuli 7 panitia yang mendampingi saya, yakni remaja masjid. Bahkan ketika saya masuk ke mobil polisi untuk agar aman untuk dievakuasi pun mobil itu masih dilempari. Dan insiden-insiden lainnya.
Orang LDII yang berdatangan di pengajian dalam masjid untuk berbuat kekacauan itu biasanya berteriak-teriak sangat gaduh, agar pengajian bubar. Lalu mereka tanpa sama sekali menghormati masjid, mengamuk dengan semaunya. Seperti ketika di masjid IPB Bogor, berkas-berkas catatan saya pun diacak-acak, gelas-gelas berjatuhan hingga ada bercak-bercak darah bekas insiden itu.
LDII mengaku muslim bahkan semboyannya QHJ (Quran Hadits Jamaah), namun sama sekali tidak menghormati Masjid rumah Allah, tidak menghormati ayat-ayat al-Qur’an yang ada di catatan-catatan pembicara hingga diperlakukan semaunya, bahkan ketika ayat-ayat Al-Qur’an dibacakan untuk agar mereka diam dari kegaduhan pun mereka tak mau diam. Mereka mengamuk di masjid. Padahal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang gaduh di masjid, bahkan melarang baca Qur’an keras-keras ketika di masjid itu ada yang shalat. Karena akan mengganggu. Lha ini malah teriak-teriak, mengamuk di masjid. Bahkan kasus terakhir di Masjid UIKA dikhabarkan merusak masjid . Dan itu direncanakan serta diperintahkan, menurut pengakuan tersebut di atas, diinstruksikan oleh Ketua PC LDII Tanah Sereal, Iskandar.
Coba kita bandingkan, ketika Umar -radhiyallahu anhu- melihat ada dua orang yang ribut di dalam Masjid Nabawi, maka beliau memarahi mereka.
As-Saa’ib bin Yazid -rahimahullah- menceritakan bahwa Umar bin Khoththob memerintahkannya untuk mendatangkan dua orang yang ada di masjid. Umar berkata kepada keduanya, “Siapa kalian, dan kalian berdua dari mana?” Keduanya menjawab, “Dari Tho’if”. Kemudian beliau berkata,
لَوْ كُنْتُمَا مِنْ أَهْلِ الْبَلَدِ لَأَوْجَعْتُكُمَا تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُمَا فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Andaikan engkau berdua termasuk penduduk Madinah, maka aku akan menginjak kalian. Engkau berdua telah mengangkat suara di Masjid Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (no. 470)]
Kemarahan Umar itu karena mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang melarang orang-orang yang baca Qurannya keras-keras di masjid karena mengganggu yang lain sedang shalat.
Al-Bayadhiy -radhiyallahu anhu- berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى النَّاسِ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَقَدْ عَلَتْ أَصْوَاتُهُمْ بِالْقِرَاءَةِ فَقَالَ إِنَّ الْمُصَلِّي يُنَاجِي رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَلْيَنْظُرْ مَا يُنَاجِيهِ وَلَا يَجْهَرْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ بِالْقُرْآنِ
“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah keluar menemui manusia, sedang mereka melaksanakan sholat, dan sungguh suara mereka tinggi dalam membaca Al-Qur’an. Lantaran itu, beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang sholat sedang bermunajat dengan Robb-nya -Azza wa Jalla-. Karenanya, perhatikanlah sesuatu yang ia munajatkan, dan janganlah sebagian orang diantara kalian mengeraskan suaranya atas yang lain dalam membaca Al-Qur’an”. [HR. Malik, dan Ahmad. Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 856)]
Ketika Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- merapatkan dan meluruskan shaff, maka beliau mengingatkan kepada para sahabat agar ketika mulai mengatur shaff masing-masing, janganlah berbuat gaduh dan ribut, seperti kondisi pasar!! Tapi setiap orang tenang dan tidak ribut sehingga khusyu’ dan ketenangan bisa tercipta dari awal hingga akhir sholat. Beliau bersabda,
وَإِيَّاكُمْ وَهَيْشَاتِ الْأَسْوَاقِ
“Waspadalah kalian dari kegaduhan (seperti yang terjadi) di pasar”. [HR. Muslim (no. 973)]
Gaduh yang dimaksud adalah mengangkat suara, hiruk-pikuk, pertengkaran, canda, dan perbuatan yang sia-sia. [Lihat Syarh Shohih Muslim (4/376)] (lihat Buletin Jum’at At-Tauhid, almakassari.com/ribut-di-masjid).
Menyadari perbuatan gaduh bahkan mengamuk di masjid yang jelas-jelas sangat bertentangan dengan kemuliaan Masjid, dan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta khulafaaur rasyidin radhiyallahu ‘anhum, ternyata sebagian orang-orang yang ketika masih di LDII mengeroyok saya kemudian akhirnya meminta maaf. Ada yang datang langsung ke rumah, dan ada yang lewat telepon. Di antaranya (saya lupa namanya) menelepon saya dari Bogor. Dia minta maaf karena dulu telah menjadi korlap (kordinator lapangan) dalam mengeroyok saya di Masjid IPB Bogor. Dan dia mengaku telah keluar dari LDII.
Juga Pak Budiono yang minta maaf dengan datang ke rumah, setelah dia menyadari kesesatan LDII dan keluar dari LDII, menyesali pula perbuatannya dulu ketika masih di LDII ia membentak-bentak saya di depan umum dengan menggebrak-gebrak meja di Masjid lingkungan Bandara Cengkareng. Bahkan Pak Mauluddin seorang yang ketika jadi wakil empat Amir LDII mengaku memberi pengarahan untuk mencekal saya ketika hadir di suatu kota untuk memberi materi pengajian, kemudian setelah beliau keluar dari LDII lalu datang ke rumah minta maaf atas kesalahannya yang lalu yaitu mengomandoi penghalangan dakwah saya.
Dengan kenyataan seperti itu maka hendaknya mereka yang ternyata terjerumus telah berbuat yang sama sekali tidak menghornmati Rumah Allah itu bertaubat dan meninggalkan ajaran yang bertentangan dengan keindahan Islam itu.
Di samping itu, Alhamdulillah dengan peristiwa mengamuknya massa LDII di masjid Al-Hijri UIKA itu kini semakin membuat kefahaman Umat Islam bahwa mereka memang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah yang menghormati masjid. Oleh karena itu tindakan mereka ini tidak dapat ditolerir dan harus diproses dengan hukum.
Siapakah yang rela Masjid Rumah Allah dijadikan sasaran perbuatan onar yang sama sekali tidak menghargai kesuciannya?
Jakarta, 10 Sya’ban 1434H/ 19 Juni 2013
Hartono Ahmad Jaiz
Langganan:
Postingan (Atom)